Kamis, 24 Juli 2008

SERU ABIZZZ.....

MOTOGP TOP ABIZ DEH.....

Subu jam 3.44 pagi, laguna seca menjadi saksi pertarungan seru antara rossi dan stoner. Dari awal hingga akhir pertandingan, rossi dan stoner menunjukan kelasnya di motogp. Motogp mania tidak bakal rugi untuk meluangkan waktunya untuk bangun pada pagi itu. Hanya satu kata yang ingin dikatakan SERU...
Tapi pertandingan itu tidak di ikuti dani pedrosa karena cedera yang dialami pedrosa ketika balapan di spain. Pertanyaan timbul dibenak saya bagaimana ya, pertandingan itu ketika pedrosa juga ikut dalam pertandingan itu???? Wow... Sudah bisa ditebak, pasti itu adalah pertandingan yang paling seru dunk.. Karena ketiga reder ini memang sangat optimis untuk bisa menang untuk musim ini.
Kita doakan bersama supaya dani pedrosa bisa balik untuk bertanding.
Perolehan point sementara MotoGP:
1. Valentino Rossi (Italy) Yamaha 212
2. Casey Stoner (Australia) Ducati 187
3. Dani Pedrosa (Spain) Honda 171
4. Jorge Lorenzo (Spain) Yamaha 114
5. Andrea Dovizioso (Italy) Honda 103
6. Colin Edwards (U.S.) Yamaha 100
7. Chris Vermeulen (Australia) Suzuki 89
8. Nicky Hayden (U.S.) Honda 84
9. James Toseland (Britain) Yamaha 72
10. Shinya Nakano (Japan) Honda 70

Minggu, 20 Juli 2008


PERANG TARIF….???

Kenaikan harga BBM baru-baru ini, secara otomatis berdampak pada harga barang secara keseluruhan. Tetapi berbeda dengan harga atau tarif kartu seluler di Indonesia yang bisa dikatakan turun dari harga-harga sebelumnya. Diawal tahun 2004, muncul persaingan perusahaan-perusahaan kartu seluler dengan meluncurkan produk-produk seperti keluarnya “Kartu AS” dari Telkomsel, “Kartu Bebas” dari ProXL, maupun “IM3 Pulse Shock” dari mentari Indosat yang pada intinya membuat pemakaian pulsa lebih efisien dengan biaya yang lebih terjangkau serta banyak fasilitas gratisnya. Yang paling membuat gempar pasar adalah "Kartu Bebas" ProXL yang membebaskan biaya percakapan dari pukul 11 malam sampai pukul 5 pagi. Di tengah persaingan untuk menggaet pelanggan telepon seluler di Indonesia, PT Exelcomindo Pratama (XL) melakukan promosi tarif murah Rp 0,1 per detik. General Manajer Operasional Penjualan bagian Timur II XL, Awaluddin di Denpasar, mengatakan, promosi yang dilakukan pihaknya yakni tarif murah sebesar Rp 0,1 per detik bagi pengguna kartu bebas untuk menelpon ke seluruh operator se-Indonesia.

Bila di dalam dunia internet terdapat istilah browser war alias perang browser yang pernah berlangsung dua kali pada tahun 1990-an (antara IE dan Netscape) dan juga 2000-an (antara IE, Firefox, Opera dan Safari), maka di dunia telekomunikasi Indonesia terdapat yang disebut perang tarif atau tariff war. Perang ini terjadi sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu antara beberapa operator telepon selular di Indonesia, khususnya GSM. Seperti yang diketahui, sebelumnya tarif telepon sesama telepon seluler dan tarif interkoneksi antar operator telepon selular di Indonesia cukup mahal daripada negara-negara lain. Tiga operator telepon seluler utama seperti Telkomsel, Indosat dan XL pada awalnya lebih mengutamakan fitur Short Message Service (SMS) sehingga perang tarif pertama terjadi dalam dunia SMS.

Perang tarif SMS ini terlihat dari banyaknya operator yang mulai memangkas harga SMS, yang dilanjutkan dengan pemberian bonus SMS yang dapat dikirim kepada sesama operator secara gratis. Sayangnya hal ini tidak berlaku untuk pengiriman SMS interkoneksi antar operator. Tarif SMS antar operator masih sama mahal dengan beberapa tahun yang lalu yaitu antara Rp. 200 sampai Rp. 350 per SMS. Perang tarif ini semakin kencang dengan kedatangan operator baru yaitu 3 di Indonesia (Three / Tri). Perang tarif pun kembali dilancarkan oleh operator telepon seluler dengan memberi harga murah untuk menelpon ke sesama operator. Awalnya Telkomsel mematok harga Rp 10 /detik, dilanjutkan dengan XL yang mematok Rp 1 / detik, kemudian terdapat iklan Rp. 0 yang sebenarnya memberi bonus bicara Rp 5000 setiap menggunakan Rp 5000 dalam hari yang sama. Setelah itu terdapat iklan dari operator Three yang memberikan tarif Rp 1 / menit. Pematokan harga ini sempat menimbulkan kebingungan pada pihak pelanggan karena ternyata terdapat beberapa syarat yang tidak dicantumkan dalam iklan di televisi. Operator telepon seluler pun tidak takut untuk saling serang komentar mengenai ketidakjelasan harga tersebut.

Kini perang tarif dilanjutkan dengan membuat tarif murah untuk panggilan ke operator lainnya. Diawali dengan iklan XL yang mencantumkan tarif Rp 0,1 / detik untuk menelpon ke semua operator, kemudian Indosat IM3 melanjutkan dengan tarif Rp 0,01 / detik. Beberapa hari setelah IM3 mencantumkan tarif ini, XL Bebas kembali mengambil langkah mencantumkan iklan tarif Rp 0,00000…1 / detik dengan tagline “ngobrol sepuasnya”. Lucunya lagi Indosat IM3 kembali membalas dengan mencantumkan tarif Rp 0,0000000000…1 / detik di salah satu surat kabar hanya berselang 2 hari setelah iklan XL Bebas pertama kali ditampilkan di sana (walau sampai saat ini tetap menampilkan iklan Rp 0,01 / detiknya di televisi). Sayangnya tetap saja terjadi ketidak jelasan informasi tarif yang sebenarnya pada pencantuman tarif ini. Perang tarif juga disembunyikan dalam bentuk bonus-bonus yang banyak diberikan operator telepon seluler, misalnya mengirim sejumlah SMS akan mendapat sejumlah SMS ataupun menggunakan pulsa sebanyak beberapa rupiah akan mendapat SMS gratis sepuasnya untuk beberapa nomor.

Sampai saat ini pendapatan operator masih banyak berkutat antara penggunaan SMS dan juga panggilan suara, begitu pula dengan apa yang digunakan para pelanggan telepon seluler. Salah satu bentuk “perang” yang terlupakan alias forgotten war adalah perang tarif data. Tarif data merupakan tarif yang digunakan untuk mengakses jaringan data yang umumnya disebut internet melalui GPRS atau teknologi yang terbaru yaitu 3G. Dahulu teknologi ini sempat heboh, akan tetapi saat ini hampir tak terdengar lagi mengingat para pelanggan masih belum terlalu familiar dengan teknologi transfer data ini. Saat ini beberapa operator seperti XL dan Telkomsel masih berkutat dengan tarif Rp 5 sampai Rp 10 / KByte. Sedangkan Indosat hanya mematok Rp 1 / KByte di mana merupakan tarif data termurah yang bisa didapat saat ini (masih banyak media yang mencantumkan Rp 5 / KByte sampai saat ini, padahal saat ini adalah Rp 1 / KByte). Bahkan untuk Indosat Mentari terdapat juga paket time-based yang berada di harga Rp 100 / menit.

Sejak beberapa tahun terakhir ini, ada beberapa kartu seluler yang baru keluar dengan memberikan layanan yang kalah menerik dengan kartu-katu seluler yang lama. Misalnya diawal april tahun 2007 kartu seluler ‘3’ meluncur dipasaran seluler Indonesia. Hadir dengan konsep kesederhanaan, ‘3’ boleh dibilang member gebrakan baru bagi industri seluler di Indonesia. Dengan menawarkan tarif yang murah ‘3’ dapat memikat masyarakat Indonesia, dengan slogan “mau?”. Dan diawal april 2008 kita dihadirkan dengan kartu seluler yang baru lagi yaitu Axiz. Hampir sama dengan peluncuran ‘3’, menawarkan tarif yang murah dengan banyak menggunakan angka 6 disetiap tarifnya, membuat banyak kompetitornya menyerang Axiz dengan sebutan kartu seluler yang dipakai untuk mendukung “Gereja Setan”.











Rabu, 16 Juli 2008

Akankah Jurnalisme Konvensional Mati dan Diganti Jurnalisme Online????

Banyak pertanyaan yang timbul ketika jurnalisme online muncul, salah satunya apakah jurnalisme konvensional akan mati?. Melihat asal usul munculnya jurnalisme online pertama kali, ketika kasus perselingkuhan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton dengan Monica Lewinsky atau yang sering disebut “monicagate” . ketika itu, Drudge, berbekal sebuah laptop dan modern, menyiarkan berita tentang “monicagate” .

Jurnalistik sangat erat kaitannya dengan istilah jurnalisme, jurnalisme sendiri berasal dari kata “journal” yang berarti catatan harian atau catatan mengenai kejadian yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Jurnalisme dalam bahasa Belanda adalah “joournalistick”, sedangkan dalam bahasa Inggris adalah “journalism” dimana keduanya berasal dari bahasa Perancis yaitu “jour”. Journal berasal dari bahasa Latin yaitu “diurnalis” yang berarti tiap hari atau harian. Jurnalisme adalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta dan melaporkan peristiwa-peristiwa.

Kemudian apa yang dimaksud dengan online? Istilah online sendiri diambil dari internet yang artinya sebuah informasiyang dapat diakses dimana saja selama ada jaringan internet. Jadi, jurnalisme online adalah proses penyampaian informasi dengan menggunakan media internet.

Dengan adanya jurnalisme online, surat kabar konvensional pun menemukan saingannya. Oleh karena itulah apakah dengan adanya jurnalisme online surat kabar akan mati?

Untuk mengetahuinya kita perlu tahu ciri-ciri jurnalisme online itu sendiri, ciri-cirinya adalah:

  1. Sifatnya yang real time. Berita, kisah-kisah, peristiwa-peristiwa, bisa langsung dipublikasikan pada saat kejadian sedang berlangsung. Ini barangkali tidak terlalu baru untuk jenis media tradisional lain seperti TV, radio, telegraf, atau teletype.

  2. Dari sisi penerbit, mekanisme publikasi real time itu lebih leluasa tanpa dikerangkangi oleh periodisasi maupun jadwal penerbitan atau siaran: kapan saja dan dimana saja selama dia terhubung ke jaringan internet maka penerbit mampu mempublikasikan berita, peristiwa, kisah-kisah saat itu juga. Inilah yang memungkinkan para pengguna/pembaca untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan sebuah peristiwa dengan lebih sering dan terbaru.

  3. Menyertakan unsur-unsur multimedia, adalah karakteristik lain jurnalisme online, yang membuat jurnalisme ini mampu menyajikan bentuk dan isi publikasi yang lebih kaya ketimbang jurnalisme di media tradisional. Karakteristik ini, terutama sekali, berlangsung pada jurnalisme yang berjalan di atas web

  4. bersifat interaktif. Dengan memanfaatkan hyperlink yang terdapat pada web, karya-karya jurnalisme online dapat menyajikan informasi yang terhubung dengan sumber-sumber lain. Ini berarti, pengguna/pembaca dapat menikmati informasi secara efisien dan efektif namun tetap terjaga dan didorong untuk mendapatkan pendalaman dan titik pandang yang lebih luas -bahkan sama sekali berbeda

  5. Tidak membutuhkan organisasi resmi berikut legal formalnya sebagai lembaga pers. Bahkan dalam konteks tertentu organisasi tersebut dapat dihilangkan

  6. Tidak membutuhkan penyuting/redaktur, seperti yang dimiliki surat kabar konvensional sehingga tidak ada orang yang mampu membantu masyarakat dalam menentukan informasi mana yang masuk akal atau tidak.

  7. Tidak ada biaya berlangganan kecuali langganan dalam mengakses internet sehingga komunikan atau audience memiliki kebebasan dalam memilih informasi yang diinginkan.

  8. Relatif lebih terdokumentasi karena tersimpan dalam jaringan digital.

Dan jenis-jenis jurnalisme online, adalah:

1. Mainstream News sites

Mainstream News sites adalah bentuk media beritaonline yang paling tersebar luas. Situs ini menawarkan pilihan editorial content, baiakyang disediakan oleh media induk yang terhubung ( linked ) dengannya atau memang sengaja diproduksi untuk versi Web. Tingkat komunikasi partisipatorisnya adalah cenderung tertutup atau minimal. Contoh situs : CNN, BBC, MSNBC serta berbagai surat kabar online.

2. Index & Category sites

Jenis jurnalisme ini sering dikaitkan dengan mesin pencari ( search engines ) tertentu seperti Altavista atau Yahoo, perusahaan riset pemasaran ( seperti Moreover ) atau agensi ( Newsindex ) dan kadang – kadang bahkan individu yang melakukan usaha ( Paperboy ). Disini, jurnalis online menawarkan links yang mendalam ke situs – situs berita yang ada dimanapun di World Wide Web.

3. Meta & Comment sites

Ini adalah situs tentang media berita dan isu – isu media secara umum. Kadang – kadang dimaksudkan sebagi pengawas media misalnya Mediachanel, Freedomforu, Poynter’s Medianews. Kadang – kadang juga dimaksudkan sebagai situs kategori dan indeks yang diperluas seperti European Journalism Center Medianews, Euoropemedia ). Content semacam ini didiskusikan dalam kerangka produksi media ” Jurnalisme tentang jurnalisme ” atau meta journalism semacam ini cukup menjamur.

4. Share & Discussion sites

ini merupakan situs – situs yang mengeksploitasi tuntutan public bagi konektivitas, dengan menyediakan sebuah platform untuk mendiskusikan content yang ada dimanapun di Internet. Dan kesuksesan internet pada dasarnya memang disebabkan karena publik ingin berkoneksi atau berhubungan dengan orang lain dalam tingkatan global tanpa batas.

Sedangkan jurnalisme konvensional sendiri merupakan jurnalisme yang proses pencarian, pengolahan dan penyebarluasan fakta melalui sebuah proses kerja jurnalis yang menganut unsur 5W+1H dimana berpedoman pada etika jurnalisme dan dipastikan kebenarannya. Batasan-batasannya formal yang terdapat pada aturan dan etika jurnalisme dan tidak adanya unsur meltimedia.

Kemudian timbul pertanyaan apakah bedanya jurnalisme online dengan surat kabar elektronik?

Untuk surat kabar elektronik sama dengan jurnalisme online didapat dengan online melalui internet yang membedakan , surat kabar elektronik merupakan surat kabar yang berkala separti surat kabar konvensional tetapi berbentuk online, isi berita sama dengan isi surat kabar konvensional atau jurnalisme online. Sedangakan jurnalisme online tidak seperti itu, dan tidak berkala (hanya berbentuk informasi).

Dan bagaimana keadaan masyarakatnya?

Masyarakat akan senantiasa kritis dan skeptis dalam menyingkapi informasi atau sering kita sebut masyrakat yang supra rasional. Menurut ilmu komunikasi sendiri masyarakat yang supra rasional adalah masyarakat yang bisa ”bermediamassa” secara proporsional. Masyarakat yang bisa membaca pesan-pesan yang disiratkan oleh informasi tentang kebudayaan teknologis industrial dan profesional dan bisa memahami makna dan konteks berita yang disiarkan oleh media massa baik secara cetak dan online. Masyarakatnya tidak bisa dipengaruhi oleh retorika kosong dan propaganda murahan lewat media massa, bahkan jurnalisme online merupakan ”mainan ” masyarakat supra rasional.

Akankah mati jurnalisme konvensional???

Tidak. Mengapa??? Ya, karena jurnalisme online mempunyai komunitasnya sendiri yang tidak dapat melepas begitu saja jurnalisme konvensional yang sudah mendarah daging di masyarakat Indonesia khususnya. Apalagi didukung dengan budaya Indonesia dan belum semua wilayah Indonesia yang terjamah dengan media online seperti intenet dan lagi fasilitas internet di Indonesia belum sempurna.

NB: ringkasan diskusi kelompok.

Saya sangat mengharapkan ada yang ingin menambah atau pun mengurangi bacaan diatas.

Diminta kritik dan sarannya.

TX

Minggu, 06 Juli 2008

Jurnalisme saat ini: jurnalisme online??

  1. Kemajuan Teknologi Komunikasi di Bidang Persuratkabaran

Surat kabar memiliki empat posisi, yaitu:

  1. Sebagai lembaga sosial

  2. Lembaga ekonomi

  3. Produk informasi

  4. Media informasi

Tidak heran bila kemudian surat-surat kabar berlomba-lomba menggunakan teknologi komunikasi yang mutakhir, mulai dari cetak jarak jauh, online communication, situs World Wide Web (WWW, yang sering disebut the Web) hingga e-mail.

Online communication membantu wartawan memperoleh bahan baku berita yang akan ditulis jadi berita, melakukan observasi tentang berbagai masalah yang akan dilaporkan, pada tingkat yang lebih tinggi para wartawan memakainya untuk mengirimkan berita kepada untuk mengirimkan berita kepada pembacanya. Inilah kemudian disebut jurnalisme online.

  1. Kerisauan Akibat Kemajuan Teknologi Komunikasi di Bidang Persuratkabaran

  1. Jumlah wartawan berkurang

Bila merujuk pada perkembangan jurnalisme di negara-negara maju, jurnalisme online akan menjadi primadona di masa yang akan datang. Implikasi yang menarik adalah, beberapa penerbit surat kabar dan wartawan.

Tetapi, hal tersebut tidak perlu dilebih-lebihkan karena ada sedikitnya dua hal yang melatarbelakanginya:

  • Kemampuan program computer menulis berita belum menyamai kemampuan wartawan menulis berita, terutama dalam menyeleksi fakta yang akan dilaporkan.

Misalnya: computer tidak bisa memilih realitas sosial yang bisa mencerminkan kebijaksanaan redaksional sebuah perusahaan pers, tidak bisa memframing berita sesuai dengan kebijaksanaan redaksional sebuah perusahaan pers.

  • Muatan informasi surat kabar elektronik (ske) berbeda dengan muatan informasi surat kabar tradisional (skt).

  1. Jurnalisme online hadir

Berikut akan diuraikan seluk-beluk jurnalisme online:

  1. Makna Jurnalisme Online

Lahir pada tanggal 19 Januari 1998, ketika Mark Drudge membeberkan cerita perselingkuhan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton dengan Monica Lewinsky atau sering disebut “monicagate” (Grossaman, 1999:17).

Kebenaran berita yang dibawa oleh jurnalisme online tidak mungkin bebas dari kesalahan sama sekali. Bahkan sebuah penelitian di Amerika Serikat misalnya, menyebutkan bahwa tingkat kesalahan berita surat kabar mencapai 18% dan tingkat kesalahan berita televise mencapai angka 38% (Hickey 1999:42). Dengan kata lain, khalayak perlu berhati-hati menerima informasi dari jurnalisme online.


  1. Kelebihan Jurnalisme Online

Orientasi teknologi komunikasi, mengacu terbentuknya satu tatanan komunikasi baru, cirri utamanya adalah lalulintas informasi diatur oleh individu dengan sendirinya menempatkan jurnalisme online sebagai “program” untuk memberdayakan individu dalam memperoleh informasi.

  • Setiap individu punya kesempatan mengakses segala informasi yang dia kehendaki.

  • Bisa menyiarkan dalam jumlah yang sangat banyak dalam waktu yang sangat pendek.

  • Bisa menggabungkan tulisan, gambar dan suara dalam satu sesatuan yang utuh.


  1. Kekurangan Jurnalisme Online

  • Memaksa masyarakat membuat adaptasi agar mereka tidak merasa “digilas” oleh jurnalisme online itu sendiri.

  • Tidak membutuhkan penyunting seperti yang dimiliki surat kabar konvensional.

  • Tidak membutuhkan orang yang mampu membantu masyarakat dalam menentukan informasi mana yang masuk akal atau tidak.

  • Tidak memiliki kredibilitas


  1. Nilai yang Dibawa Jurnalisme Online

  • Egaliter, setiap individu bebas merealisasikan sumber dayanya dan menerahkan segala potensinya untuk menggapai semua keinginannya.

  • Liberal, merupakan kebebasan azasi yaitu: kebebasan berpendapat, berkumpul dan berserikat serta posisi masyarakat yang setara dengan negara.


  1. Manfaat Jurnalisme Online

  • Tema berita yang makin beragam ini bisa memunculkan berita yang sudah “dipetisikan” oleh media massa konvensional. Artinya, khalayak bisa mengetahui apa yang terjadi pada masa lalu.

  • Jurnalisme online dapat memuaskan keinginan individu untuk melarikan diri dari jurnalisme biasa. Karakteristiknya, jurnalisme online memiliki peluang untuk memuaskan masyarakat yang tidak puas dengan berita yang mereka peroleh lewat media massa.

  • Manfaat jurnalisme online ini lebih merupakan manfaat praktis.


  1. Persoalan yang Dikandung Jurnalisme Online

Batasan pemberitaan utama yang harus dipatuhi oleh jurnalisme online adalah prinsip umum etika jurnalisme. Tetapi, masalah kepatuhan terhadap prinsip umum etika jurnalistik adalah masalah pribadi dan tidak bisa dicampuri oleh orang luar, karena itu perlu pengawasan dalam pelaksanaanya. Persoalannya yang kemudia muncul adalah, siapa yang harus melakukan pengawasan sosial itu? Jawaban yang layak diajukan terhadap pertanyaan di atas adalah masyarakat. Artinya, masyarakat harus melakukan pengawasan sosial pada orang-orang yang menggunakan jurnalisme online sebagai cara untuk menyebarkan informasi.

Persoalan lain yang dikandung jurnalisme online adalah, eksploitasi masyarakat oleh kalangan industrialisasi komputer. Tanpa sadar, masyarakat sudah terekploritasi oleh industrialis komputer. Misalnya, masyarakat dieksploitasi oleh industrialis komputer untuk mengeluarkan uang dalam jumlah yang untuk membeli perangkat keras dan lunak komputer agar bisa mengakses jurnalisme online dengan cepat.

Jadi, tidak terlalu berlebihan bila dalam tulisan ini ditambahkan bahwa masyarakat dituntut untuk membudayakan orientasi pada “perhitungan rugi-laba” dalam mengakses jurnalisme online.