Minggu, 20 Juli 2008


PERANG TARIF….???

Kenaikan harga BBM baru-baru ini, secara otomatis berdampak pada harga barang secara keseluruhan. Tetapi berbeda dengan harga atau tarif kartu seluler di Indonesia yang bisa dikatakan turun dari harga-harga sebelumnya. Diawal tahun 2004, muncul persaingan perusahaan-perusahaan kartu seluler dengan meluncurkan produk-produk seperti keluarnya “Kartu AS” dari Telkomsel, “Kartu Bebas” dari ProXL, maupun “IM3 Pulse Shock” dari mentari Indosat yang pada intinya membuat pemakaian pulsa lebih efisien dengan biaya yang lebih terjangkau serta banyak fasilitas gratisnya. Yang paling membuat gempar pasar adalah "Kartu Bebas" ProXL yang membebaskan biaya percakapan dari pukul 11 malam sampai pukul 5 pagi. Di tengah persaingan untuk menggaet pelanggan telepon seluler di Indonesia, PT Exelcomindo Pratama (XL) melakukan promosi tarif murah Rp 0,1 per detik. General Manajer Operasional Penjualan bagian Timur II XL, Awaluddin di Denpasar, mengatakan, promosi yang dilakukan pihaknya yakni tarif murah sebesar Rp 0,1 per detik bagi pengguna kartu bebas untuk menelpon ke seluruh operator se-Indonesia.

Bila di dalam dunia internet terdapat istilah browser war alias perang browser yang pernah berlangsung dua kali pada tahun 1990-an (antara IE dan Netscape) dan juga 2000-an (antara IE, Firefox, Opera dan Safari), maka di dunia telekomunikasi Indonesia terdapat yang disebut perang tarif atau tariff war. Perang ini terjadi sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu antara beberapa operator telepon selular di Indonesia, khususnya GSM. Seperti yang diketahui, sebelumnya tarif telepon sesama telepon seluler dan tarif interkoneksi antar operator telepon selular di Indonesia cukup mahal daripada negara-negara lain. Tiga operator telepon seluler utama seperti Telkomsel, Indosat dan XL pada awalnya lebih mengutamakan fitur Short Message Service (SMS) sehingga perang tarif pertama terjadi dalam dunia SMS.

Perang tarif SMS ini terlihat dari banyaknya operator yang mulai memangkas harga SMS, yang dilanjutkan dengan pemberian bonus SMS yang dapat dikirim kepada sesama operator secara gratis. Sayangnya hal ini tidak berlaku untuk pengiriman SMS interkoneksi antar operator. Tarif SMS antar operator masih sama mahal dengan beberapa tahun yang lalu yaitu antara Rp. 200 sampai Rp. 350 per SMS. Perang tarif ini semakin kencang dengan kedatangan operator baru yaitu 3 di Indonesia (Three / Tri). Perang tarif pun kembali dilancarkan oleh operator telepon seluler dengan memberi harga murah untuk menelpon ke sesama operator. Awalnya Telkomsel mematok harga Rp 10 /detik, dilanjutkan dengan XL yang mematok Rp 1 / detik, kemudian terdapat iklan Rp. 0 yang sebenarnya memberi bonus bicara Rp 5000 setiap menggunakan Rp 5000 dalam hari yang sama. Setelah itu terdapat iklan dari operator Three yang memberikan tarif Rp 1 / menit. Pematokan harga ini sempat menimbulkan kebingungan pada pihak pelanggan karena ternyata terdapat beberapa syarat yang tidak dicantumkan dalam iklan di televisi. Operator telepon seluler pun tidak takut untuk saling serang komentar mengenai ketidakjelasan harga tersebut.

Kini perang tarif dilanjutkan dengan membuat tarif murah untuk panggilan ke operator lainnya. Diawali dengan iklan XL yang mencantumkan tarif Rp 0,1 / detik untuk menelpon ke semua operator, kemudian Indosat IM3 melanjutkan dengan tarif Rp 0,01 / detik. Beberapa hari setelah IM3 mencantumkan tarif ini, XL Bebas kembali mengambil langkah mencantumkan iklan tarif Rp 0,00000…1 / detik dengan tagline “ngobrol sepuasnya”. Lucunya lagi Indosat IM3 kembali membalas dengan mencantumkan tarif Rp 0,0000000000…1 / detik di salah satu surat kabar hanya berselang 2 hari setelah iklan XL Bebas pertama kali ditampilkan di sana (walau sampai saat ini tetap menampilkan iklan Rp 0,01 / detiknya di televisi). Sayangnya tetap saja terjadi ketidak jelasan informasi tarif yang sebenarnya pada pencantuman tarif ini. Perang tarif juga disembunyikan dalam bentuk bonus-bonus yang banyak diberikan operator telepon seluler, misalnya mengirim sejumlah SMS akan mendapat sejumlah SMS ataupun menggunakan pulsa sebanyak beberapa rupiah akan mendapat SMS gratis sepuasnya untuk beberapa nomor.

Sampai saat ini pendapatan operator masih banyak berkutat antara penggunaan SMS dan juga panggilan suara, begitu pula dengan apa yang digunakan para pelanggan telepon seluler. Salah satu bentuk “perang” yang terlupakan alias forgotten war adalah perang tarif data. Tarif data merupakan tarif yang digunakan untuk mengakses jaringan data yang umumnya disebut internet melalui GPRS atau teknologi yang terbaru yaitu 3G. Dahulu teknologi ini sempat heboh, akan tetapi saat ini hampir tak terdengar lagi mengingat para pelanggan masih belum terlalu familiar dengan teknologi transfer data ini. Saat ini beberapa operator seperti XL dan Telkomsel masih berkutat dengan tarif Rp 5 sampai Rp 10 / KByte. Sedangkan Indosat hanya mematok Rp 1 / KByte di mana merupakan tarif data termurah yang bisa didapat saat ini (masih banyak media yang mencantumkan Rp 5 / KByte sampai saat ini, padahal saat ini adalah Rp 1 / KByte). Bahkan untuk Indosat Mentari terdapat juga paket time-based yang berada di harga Rp 100 / menit.

Sejak beberapa tahun terakhir ini, ada beberapa kartu seluler yang baru keluar dengan memberikan layanan yang kalah menerik dengan kartu-katu seluler yang lama. Misalnya diawal april tahun 2007 kartu seluler ‘3’ meluncur dipasaran seluler Indonesia. Hadir dengan konsep kesederhanaan, ‘3’ boleh dibilang member gebrakan baru bagi industri seluler di Indonesia. Dengan menawarkan tarif yang murah ‘3’ dapat memikat masyarakat Indonesia, dengan slogan “mau?”. Dan diawal april 2008 kita dihadirkan dengan kartu seluler yang baru lagi yaitu Axiz. Hampir sama dengan peluncuran ‘3’, menawarkan tarif yang murah dengan banyak menggunakan angka 6 disetiap tarifnya, membuat banyak kompetitornya menyerang Axiz dengan sebutan kartu seluler yang dipakai untuk mendukung “Gereja Setan”.











Tidak ada komentar: